Malam ini akan menjadi puncaknya hujan meteor Orionid. "Untuk melihatnya ada waktu yang baik, yaitu waktu tengah malam hingga subuh." Ujar Ketua Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Tersia Marsiano kepada Tempo, Rabu (20/10). Meteor ini tercipta dari sisa debu Komet Halley. Disebut Orionid karena, dari Bumi arah lesatannya terlihat berasal dari Rasi Bintang Orion. Menurut Tersia, rasi bintang itu berada tegak lurus dari permukaan tanah pada pukul 3 sampai 4 dini hari. "Jadi paling enak mengamati dalam posisi berbaring di tempat terbuka," katanya.
Dia menyarankan pengamat untuk mencari tempat terbuka yang jauh dari benderang lampu kota. "Untuk Jakarta, paling cocok di Kepulauan Seribu," kata Tersia. Pilihan lain adalah daerah pinggir kota seperti Pondok Labu Jakarta Selatan dan Cipayung Jakarta Timur. Syarat mutlak pengamatan meteor adalah langit yang bersih dari awan. Di belahan langit Indonesia, Orionid sudah mulai tampak sejak dini hari tadi. Namun dari kediaman Tersia di Bogor, Jawa Barat, gagal terlihat karena langit berselimut mendung. Jika dini hari nanti langit cerah, pengamat boleh berharap bisa menyaksikan 20 sampai 40 bintang jatuh setiap jam. Fenomena langit ini juga dapat diabadikan dengan kamera refleksi lensa tunggal atau SLR. "Namun tidak terekam kamera saku dan ponsel," kata Tersia.
Hujan meteor ini dapat disaksikan dengan mata telanjang. Dia menyarankan meninggalkan alat bantu, seperti teropong di rumah. "Karena medan pengamatan luas dan meteor hanya muncul dalam sekejap," ujarnya. Kalau dini hari nanti mendung, jangan khawatir. Orionid diperkirakan masih akan menghiasi langit Indonesia sampai Jumat (22/10) dini hari.
0 komentar:
Posting Komentar