Senin, 17 Januari 2011

Rute Mandala di Incar Garuda


     Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Emirsyah Satar menyatakan tertarik mengambil alih rute penerbangan yang sebelumnya dimiliki maskapai penerbangan Mandala Airlines. "Kami tidak menutup semua kemungkinan," kata Emir di sela-sela muhibah penjajakan investor penawaran perdana saham publik (IPO) Garuda di Singapura pekan lalu.

     Sebelum mengambil alih, Garuda terlebih dulu mengkaji rute-rute domestik Mandala. "Prinsipnya, jika rute yang ditinggalkan potensial mendatangkan keuntungan, pasti akan diambil." Emir menegaskan, kalaupun jadi diambil alih Garuda, pengelolaan rute ini akan diserahkan ke unit bisnis yang khusus menggarap penerbangan murah, yakni Citilink. Sedangkan Garuda tetap berfokus pada kelas premium.

     Direktur Keuangan Garuda Elisa Lumbantoruan menimpali, manajemen Garuda sebenarnya telah menyelesaikan rencana kerja 2011, termasuk pengembangan rute baru. Namun berhenti beroperasinya Mandala akibat kesulitan keuangan sejak Kamis pekan lalu bisa menjadi pertimbangan khusus. "Kami harus melihat lagi rute-rute mana yang sudah diisi dan mana yang belum," kata Elisa.
Wakil Presiden Pemasaran Garuda Don Jusuf Palito Bustan berujar, rencana pengambilalihan rute masih perlu dibicarakan dengan Mandala. Garuda juga mesti mempertimbangkan keterbatasan armada. "Prioritas kami memang bukan rute domestik, karena jaraknya terlalu pendek dan pesawat terbatas," ucap dia setelah meresmikan penggunaan pesawat Boeing 737-800 Next Generation untuk rute Kuala Lumpur-Jakarta pada Sabtu lalu.

     Pada 2011, Garuda berencana membuka dua rute domestik baru, yaitu ke Gorontalo dan Belitong. Pada paruh pertama tahun ini, Garuda juga menyiapkan tiga rute internasional anyar, yaitu ke New Delhi, Mumbai, dan Taipei. Untuk menerbangi rute-rute baru itu, sepanjang 2011 Garuda berencana menambah 11 pesawat baru. Penambahan terus dilakukan sampai armada Garuda tumbuh dari 84 pesawat tahun ini menjadi 150 pesawat pada 2015. Pendanaan pengembangan bisnis tersebut bergantung pada hasil IPO pada Februari nanti. Maskapai penerbangan milik negara ini memperkirakan belanja modal hingga 2015 akan mencapai US$ 1,3 miliar (sekitar Rp 11,7 triliun).

Penyanyi Andai Aku Jadi Gayus di Teror

     Penyanyi sekaligus pencipta lagu yang berjudul 'andai aku jadi gayus tambunan' mendapat teror dari orang yang tidak dia kenal. Ancaman tersebut di sampaikan melalui telepon seluler miliknya. Si penelepon mengaku anggota Densus (Detasemen Khusus) 88. Ia mengancam, saya dan keluarga akan dibunuh," kata Bona kepada Tempo kemarin. Adapun nomor ponsel yang dipakai peneror adalah 08128648290. "Dia mengaku gerah oleh penayangan lagu dan klip video tentang Gayus yang telah ditayangkan di sejumlah televisi swasta," kata Bona.

     Untuk menjaga keselamatan diri dan keluarganya, Bona melaporkan ancaman itu ke Markas Kepolisian Daerah Gorontalo kemarin dinihari. "Jam 1.30 dinihari saya telah melapor ke Polda."
Untuk mengusut kasus itu, polisi memanggil dua saksi, yakni Irfan Lussa, kontributor TV One di Gorontalo, dan Andri Arnold, kontributor Metro TV di Gorontalo. Keduanya menjadi saksi karena, pada saat penelepon gelap mengancam Bona, Irfan dan Andri sedang mewawancarai Bona.

     Lagu Andai Aku Gayus bercerita tentang kisah nyata Bona ketika mendekam di terali besi sejak 11 Maret 2010 hingga 5 Januari 2011. Dalam lagu ini, ia menyindir perlakuan hukum terhadap terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan, yang bisa pelesiran ke Bali dan luar negeri, meski mestinya mendekam dalam penjara.

     "Lagunya enak didengar dan tepat sekali menyindir aparat hukum kita," ujar Yayan, salah seorang warga, yang mengaku telah melihat video Bona di YouTube, kemarin. Selain di dunia maya, lagu yang klip videonya dibuat di Lembaga Pemasyarakatan kelas II-A Kota Gorontalo itu juga banyak tersebar lewat telepon seluler warga.