Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Emirsyah Satar menyatakan tertarik mengambil alih rute penerbangan yang sebelumnya dimiliki maskapai penerbangan Mandala Airlines. "Kami tidak menutup semua kemungkinan," kata Emir di sela-sela muhibah penjajakan investor penawaran perdana saham publik (IPO) Garuda di Singapura pekan lalu.
Sebelum mengambil alih, Garuda terlebih dulu mengkaji rute-rute domestik Mandala. "Prinsipnya, jika rute yang ditinggalkan potensial mendatangkan keuntungan, pasti akan diambil." Emir menegaskan, kalaupun jadi diambil alih Garuda, pengelolaan rute ini akan diserahkan ke unit bisnis yang khusus menggarap penerbangan murah, yakni Citilink. Sedangkan Garuda tetap berfokus pada kelas premium.
Direktur Keuangan Garuda Elisa Lumbantoruan menimpali, manajemen Garuda sebenarnya telah menyelesaikan rencana kerja 2011, termasuk pengembangan rute baru. Namun berhenti beroperasinya Mandala akibat kesulitan keuangan sejak Kamis pekan lalu bisa menjadi pertimbangan khusus. "Kami harus melihat lagi rute-rute mana yang sudah diisi dan mana yang belum," kata Elisa.
Wakil Presiden Pemasaran Garuda Don Jusuf Palito Bustan berujar, rencana pengambilalihan rute masih perlu dibicarakan dengan Mandala. Garuda juga mesti mempertimbangkan keterbatasan armada. "Prioritas kami memang bukan rute domestik, karena jaraknya terlalu pendek dan pesawat terbatas," ucap dia setelah meresmikan penggunaan pesawat Boeing 737-800 Next Generation untuk rute Kuala Lumpur-Jakarta pada Sabtu lalu.
Pada 2011, Garuda berencana membuka dua rute domestik baru, yaitu ke Gorontalo dan Belitong. Pada paruh pertama tahun ini, Garuda juga menyiapkan tiga rute internasional anyar, yaitu ke New Delhi, Mumbai, dan Taipei. Untuk menerbangi rute-rute baru itu, sepanjang 2011 Garuda berencana menambah 11 pesawat baru. Penambahan terus dilakukan sampai armada Garuda tumbuh dari 84 pesawat tahun ini menjadi 150 pesawat pada 2015. Pendanaan pengembangan bisnis tersebut bergantung pada hasil IPO pada Februari nanti. Maskapai penerbangan milik negara ini memperkirakan belanja modal hingga 2015 akan mencapai US$ 1,3 miliar (sekitar Rp 11,7 triliun).